Jadi Rebutan Buruh Pabrik dan Tukang Becak
Pakaian bekas sisa eksport yang dijual di
Alun-alun Kota Pemalang, Jawa Tengah, diserbu ratusan warga miskin
Pemalang, Minggu (22/7/2012).
Umumnya, para pembeli pakaian bekas tersebut adalah para buruh dan
tukang becak. Mereka mengaku sangat terbantu dengan adanya penjual
pakain sisa eksport-import ini.
Simpe, warga Randudongkal, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, yang
sehari-harinya bekerja sebagai pengayuh becak mengatakan, jika dengan
adanya pakaian bekas itu maka dirinya sangat terbantu. Lantaran harga
pakaian baru di toko sangat mahal dan tidak terjangkau bagi masyarakat
miskin.
“Dengan adanya penjual pakaian bekas ini saya amat terbantu, karena
untuk membeli pakain baru di toko tidak mampu. Harganya selangit.
Alhamdulillah, dengan hanya mengeluarkan Rp 50 ribu saya bisa membelikan
baju ketiga anak saya dan juga istri saya. Mereka pasti senang mendapat
oleh-oleh baju bekas yang masih terbilang layak pakai,” ujarnya kepada
LICOM.
Sementara, Mohammad Uki, pedagang baju bekas mengatakan, jika
dagangannya sangat diminati masyarakat kelas. “Saya baru tiga hari
berjualan disini, namun Alhamdulillah berkah ramadhan dagangan saya
laris manis di borong para pembeli. Saya mendapatkan baju sisa
eksport-import ini dari Kota Bandung, Jawa Barat. Saya beli per karung
dengan harga Rp 250 ribu. Sampai di rumah saya pilah-pilah pakain yang
masih layak dijual. Setelah saya cuci dan gosok pakaian bekas ini saya
jual keliling dengan mobil pickup ini,” jelasnya.
Harga pakaian pun bervariasi, kaos dijual seharga Rp 5000 per buah,
kemeja Rp 8000 hingga Rp 10 ribu dan jelana jeans Rp 15 ribu hingga Rp
20 ribu. “Dalam sehari saya mampu menjual 20 sampai 25 potong pakaian.
Saya mendapatkan laba bersih per harinya RP 250 ribu hingga Rp 300 ribu.
Lumayan untuk tabungan lebaran nanti,” paparnya.
“Biasanya menjelang lebaran nanti saya mampu menjual 2-3 kali
lipatnya. Kebanyakan yang membeli dagangan saya ini para warga miskin
yang tak mampu membeli pakaian baru di toko atau mall,” tambahnya.
Sumber : Lensa Indonesia
0 comments:
Post a Comment